Langsung ke konten utama

SEJARAH LUMAJANG


BAB I. PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Kota Lumajang bisa disebut sebagai kota tua di Jawa Timur selain Tuban. Sejarah Kota Lumajang sudah dimulai sejak zaman nirloka, di mana ditemukan neolitikum (zaman kebudayaan batu), yang berasal dari sekitar tahun 6000-2000 SM. Kabupaten Lumajang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat.
Nama Lumajang berasal dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya.Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti Mula Malurung, Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.
Karena Prasasti Mula Manurung di nyatakan sebagai prasasti tertua dan pernah menyebut-nyebut "Negara Lamajang" maka dianggap sebagai titik tolak pertimbangan hari jadi Lumajang. 

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Penyusun mencari sebagian besar rujukan materi yang terkait dengan bahan kajian di internet dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Sebagian besar sumber di internet yang terkait dengan Lumajang isinya sama, yaitu menyebutkan bahwa Nama Lumajang berasal dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya.Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti Mula Malurung, Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.
Sementara itu sumber di internet yang terkait dengan Situs Biting kebanyakan menyebutkan bahwa Situs Biting merupakan kota raja Lamajang yang dibangun Arya Wira Raja yang dikeliling gunung berapi, yakni Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro. Selain itu, kota raja situs Biting dibanguan di antara 3 sungai. Terdiri dari Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Ploso, dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang.
Dari hasil diatas bisa ditarik sebuah hipotesis bahwa Nama Lumajang berasal dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya.Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti Mula Malurung, Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda dan Situs Biting merupakan kota raja Lamajang yang dibangun Arya Wira Raja yang dikeliling gunung berapi, yakni Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro. Selain itu, kota raja situs Biting dibanguan di antara 3 sungai. Terdiri dari Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Ploso, dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang


BAB III. METODE

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ringkasan ini adalah metode sejarah. Pengertian metode sejarah menurut Louis Gottschalk adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah).
Seperti halnya metode sejarah, penulisan makalah ringkasan ini juga menggunakan empat langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

Heuristik
Heuristik adalah suatu kegiatan mencari, menghimpun jejak-jejak masa lampau. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, penyusun mengoptimalkan pencarian sumber-sumber dari internet. Sumber-sumber yang tersedia di internet sangat beragam, mulai dari buku-buku, skripsi-skripsi, makalah-makalah, dan artikel-artikel yang terkait dengan materi kajian.

Kritik
Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati/asli bentuk maupun isinya. Karena semua bahan-bahan materi kajian banyak kesamaan dan saling berkesinambungan, maka atas dasar itulah penyusun menyimpulkan bahwa semua sumber yang penyusun cantumkan dalam daftar pustaka adalah sesuai dengan kenyataan yang beredar di masyarakat.

Interpretasi
Interpretasi adalah menetapkan makna dan saling hubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. Penyusun cukup santai dalam melakukan interpretasi, karena sumber-sumber yang terkait dengan bahan kajian banyak yang memiliki kesamaan dan saling berkesinambungan.


Historiografi
Historiografi adalah menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah. Makalah ringkasan tentang sejarah Lumajang ini sudah melalui tiga tahap diatas, yaitu heuristik, kritik, dan interpretasi. Dalam historiografinya, penyusun tidak menemui kendala berarti, karena sumber-sumber yang terkait dengan bahan kajian banyak kesamaan.

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Lumajang
Lumajang adalah kabupaten di Jawa Timur yang berada di kaki Gunung Tertinggi pulau Jawa yakni Mahameru atau Semeru.  Namun, banyak orang tidak tahu dimana letak Kabupaten Lumajang, maklum kota-nya tidak berada  di jalan Propinsi, orang lebih tahu Kota Jember, .
Jadi tidak salah bila penumpang bus dari luar kota tidak mengetahui Lumajang yang memiliki peradaban sejarah yang cukup besar dijaman kerajaan Tumapel, Singosari dan Wilwatikta (Mojopahit). Lumajang  banyak disebut daerah kantong dikarenakan jarang dimasuki oleh orang dari luar kota.
Lumajang di zaman pra sejarah dikenal dengan sebutan Nagara Lamajang bisa dilihat dalam Prasasti Mulan Malurung yang dibuat oleh Raja Singosari (Tumapel), Sminingrat atau Wisnuwardhana, ditemukan  di kediri padan tahun 1975 dan dalam prasasti itu bertuliskan angka tahun 1177 ( 1255 Masehi). Di prasasti itu disebutkan Sminingrat mengutus anaknya Narariya Kirana sebagai juru pelindung Nagara Lamajang.
Pada masa Kerajaan Singosari (Tumapel), Lamajang begitu penting karena ada 2 fungsi. Pertama sebagai penghasil pertanian yang makmur. Kedua sebagai pusar pertahanan dalam menghadapi wilayah timur Kerajaan. Lamajang menjadi  terkenal dan maju setelah Arya wiraraja adalah tokoh besar yang lahir dari keturunan Brahmana dari Pulau bali Ida Manik Angkeran datang ke jawa untuk menjengguk kakeknya. Karena sang kakek meninggal, Arya Wiraraja yang memiliki Nama Ida Banyak Wide diangkat menjadi anak Mpu Sedah.
Saat diasuh Empu Sedah yang menjadi penasehat Raja Airlangga, Arya Wiraraja mengenal sesosok gadis anak bangsawan kerajaan Kediri yakni Ageng Pinatih. Dikarenakan Wiraraja sangatmencintai sang gadis, orang tua angkatnya tidak bisa menolak, meski dia adalah keturunan Brahmana. Setelah menikah dengan Ageng Pinatih, Wiraraja menjadi adipati di Kerajaan Kediri. Arya Wiraraja adalah punggawa kerajaan kediri yang kritis dalam membangun Kerajaan Kediri.
Namun, karir jabatan sebagai adipati yang berpengaruh di Kediri harus berakhir, saat Kediri  (Tumapel) dipimpin oleh Kertanegara. Arya wiraraja diminta untuk memimpin Kerajaan Madura yang beribukota di Sogenep, sekarang menjadi Sumenep. Pada 1295 masehi Lamajang menjadi Kerajaan yang berdaulat (tanah pardikan) dengan Prabu Arya Wiraraja sebagai rajanya. Arya Wiraraja menjadi raja Mojopahit Timur dengan ibu kota di Lamajang  dikarenakan sesuai perjanjian dengan raden Wijaya, Raja Wilwatikta (Majapahit Barat) akan membagi wilayah Majapahit menjadi dua.
Wiraraja menjadi Raja di Lamajang setelah anaknya Ranggalawe tewas dibunuh oleh pungawa majapahit yang dipimpin Adipati Nambi, dikarenakan melawan Wilwatikta. Wiraraja yang sedih dan Raden wijaya menyerahkan bagian timur kerjaan Singosari sesuai dengan janjinya. Beliau memerintah wilayah Tiga Juru (Lamajang, Panarukan dan Blambangan atau wilayah tapal kuda sekarang) ditambah Madura dan banyak menanamkan pengaruh di Bali. Kerajaan Lamajang ini ber- ibuk kota di daerah Biting Kutorenon Kabupaten Lumajang hingga sekarang. Bahkan peninggalan benteng kota raja Lamajang masih bisa dijumpai dan tertimbun tanah (gundukan tanah).
Arya wiraraja adalah tokoh besar yang lahir dari keturunan Brahmana dari Pulau bali Ida Manik Angkeran datang ke jawa untuk menjengguk kakeknya. Karena sang kakek meninggal, Arya Wiraraja yang memiliki Nama Ida Banyak Wide diangkat menjadi anak Mpu Sedah. Saat diasuh Empu Sedah yang menjadi penasehat raja Airlangga, Arya Wiraraja mengenal sesosok gadis anak bangsawan kerajaan Kediri yakni Ageng Pinatih. Dikarenakan Wiraraja sangatmencintai sang gadis, orang tua angkatnya tidak bisa menolak, meski dia adalah keturunan Brahmana.
Setelah menikah dengan Ageng Pinatih, Wiraraja menjadi adipati di Kerajaan Kediri. Arya Wiraraja adalah punggawa kerajaan kediri yang kritis dalam membangun Kerajaan Kediri. Namun, karir jabatan sebagai adipati yang berpengaruh di Kediri harus berakhir, saat Kediri  (Tumapel) dipimpin oleh Kertanegara. Arya wiraraja diminta untuk memimpin Kerajaan Madura yang beribukota di Sogenep, sekarang menjadi Sumenep.
Arya Wiraraja meninggal pada tahun 1316 masehi dalam usia 87 tahun. Patih Nambi sebagai salah satu putra beliau pulang ke Lamajang untuk mengadakan upacara dukacita ayahnya dan diserang majapahit dengan mendadak oleh Jayanegara (Raja Majapahit setelah Raden Wijaya) atas hasutan dari Mahapatih(dalam kitab Pararton). Lamajang jatuh karena tidak ada persiapan perang. Fitnah ini membawa bencana. Tujuh menteri utama Majapahit yang juga teman-temn seperjuangan Raden Wijaya yang tidak puas pada keputusan memalukan ini ikut gugur di Lamajang membela patih Nambi.
Perang Lamajang tahun 1316 m ini juga mempengaruhi peperangan yang lain di wilayah bekas Kerajaan ini seperti Perang Lasem yang dipimpin teman seperjuangan radeng Wijaya yaitu Ra Semi (1318 m), perang Kuti yang akhirnya membuat raja melarikan diri ke luar kota Majapahit dan diselamatkan Bekel Gajah Mada (1319 m), Perang sadeng (1328 m) dan perang Keta (1328). Setelah Majapahit besar Lamajang yang sudah berganti menjadi Virabhumi sekali lagi meberontak dan menimbulkan Perang Paregreg yang akhirnya melemahkan Majapahit.
Kebesaran dan kekuatan ideologi kerajaan Lamajang ini bertahan sampai tahun 162o-an dimana Lamajang sebagai pusat pusat pertahan terakhir Kerajaan Hindu di Jawa bagian timur. Kerajaan Mataram yang jaya dan menyebarkan ideologi keyakinin, Lamajang di hancurkan oleh Sultan Agung dan Ibu kota Lamajang di daerah Biting dibakar, munculnya Kutorenon (Ketonon alias terbakar atau dibakar).
Pada masa pemerintahan Kolonial, belanda yang sudah tahu akan kebesaran sejarah Lamajang tidak mau membuka daerah memiliki pengaruh dalam kebesaran nusantara. Lamajang ditaruh dibawah pemrintahan Afdelling Probolingga dan pada tahun 1929 diresmikan nama baru menjadi Kabupaten Lumajang dan KRT Kertao Adirejo sebagai regent pertama.
Sejarah kebesaran Nagara Lamajang (Lumajang) merupakan Kerajaan Merdeka yang belum pernah ditulis dan dihilangan dalam buku sejarah mengenai perjuangan  tokoh Arya Wiraraja sebagai arseitek Nusantara.  Lumajang juga mengalami kemunduran dan ketidak majuan hingga saat ini, bahkan sejarah Lumajang seakan-akan ditutup hingga masyarakatnya sendiri tidak mengetahui.
Beruntung Kotaraja Lamajang di Situs Biting Dusun Biting I dan II Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono masih bisa ditemui dan menjadi tonggak kembalinya semangat Lamajangan. Namun, Situs Biting yang berada di luas lahan 135 hektar dengan ditemukan bangunan benteng sepanjang 10 kilometer, lebar 6 meter dan tinggi 10 meter dibiarkan terkubur dan seakan-akan ditutup-tutupi oleh pemilik kebijakan.  Bahkan di Situs biting ada pengembang perumahan yang bisa mengancam kerusakan Situs Kota Raja Lamajang yang meredeka dimasa-nya.
Beruntung ada sekolompok Masyarakat Peduli Peninggalan Mojopahit (MPPM) Timur yang bergerak bersama Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang (KMPL), Kelompok Pecinta Mojopahit Timur (Kopi Pahit) bersama Masyarakat Dusun Biting menguak sejarah yang dikubur dan dilupakan.

4.2. Situs Biting
4.2.1. Arya Wira Raja
Pada tahun 1300-an, Kerajaan Lamajang atau yang di dalam Babad Tanah Jawa sering disebut Majapahit Timur adalah suatu kerajaan besar. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Tiga Juru, yaitu Lamajang, Panarukan, Blambangan serta ditambah dengan daerah-daerah seperti Sumenep (Madura) dan Bali.
Kerajaan Lamajang didirikan oleh seorang tokoh pengatur siasat yang mumpuni dan menjadi arsitek utama Kerajaan Majapahit, yaitu Arya Wiraraja. Arya Wiraraja adalah seorang negarawan dan tokoh politik internasional yang sebelumnya adalah seorang Adipati Sumenep. Ia sangat pandai berdiplomasi dengan sejumlah pedagang dan pejabat kerajaan luar negeri di zamannya. Wiraraja adalah keturunan Raja Airlangga dan Singosari yang kemudian memimpin Kerajaan Majapahit Timur (Lamajang) karena berhasil membantu Raden Wijaya memberontak pada Jayakatwang Raja Singosari.
Kebesaran Lamajang saat itu dikenal bukan saja karena luasnya daerah kekuasaan, tetapi juga karena disana merupakan basis pemerintahan tokoh-tokoh yang disegani. Wiraraja memiliki putra bernama Adipati Nambi. Nambi inilah yang sebenarnya teman seperjuangan Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Berkat campur tangan dan pemikiran Wiraraja dan Nambi, Kerajaan Majapahit ini dapat berdiri dan menguasai nusantara hingga separuh dunia.
Juru Kunci Makam Ki Joyoboyo menuturkan, Arya Wiraraja memilih Kerajaan Lamajang untuk dipimpinnya karena negeri ini makmur dan damai. “Jika Kerajaan Lamajang dipadankan dengan Kerajaan Majapahit yang ada di Mojokerto, Kerajaan Lamajang jauh lebih besar.” 
Akhirnya, terjadilah perang besar yang kita kenal dengan Perang Paregreg. Nambi bersama pengikutnya terus berperang dengan seluruh kekuatan untuk menjaga dan mempertahankan tanah kelahirannya. Sayang, karena kalah pasukan dan persenjataan, Nambi kalah dan tewas. Akibat perang itu, Lamajang mulai tenggelam dan menjadi bawahan Majapahit.
Pasca peperangan, Benteng Kota Raja Lamajang hancur. “Meski hancur, sisa bangunan kerajaan masih ada, yaitu Situs Biting,” ungkap Juru Kunci Makam Ki Joyoboyo.

4.2.2. Sejarah Situs Biting
Situs Biting adalah peninggalan peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km.
Disamping tembok benteng Kota Raja, di situs ini dijumpai adanya menara pengawas dan juga makam petilasan Minak Koncar. Minak Koncar dahulu adalah seorang Adipati yang menjadi tokoh legenda di Lamajang.
Lokasi Situs Biting mencapai 135 hektar. Lokasi ini banyak menyimpan potensi benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam sejumlah penggalian, pernah ditemukan ujung keris serta manik-manik. Bahkan pernah ditemukan kepingan uang emas.
Situs Biting merupakan kota raja Lamajang yang dibangun Arya Wira Raja yang dikeliling gunung berapi, yakni Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro. Selain itu, kota raja situs Biting dibanguan di antara 3 sungai. Terdiri dari Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Ploso, dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang.
Kerajaan Lamajang yang yang dikeliling Gunung Berapi, seperti cincin memusat. Sedangkan jalur transportasi menggunakan jalur sungai yang menuju ke Pantai Selatan melalui sungai Bondoyudo. Selain dari berbagai informasi masyarakat, banyak benteng luar dibentuk dari susunan bata dan bukit sebelah utara situs Biting. Bukit-bukit di sebelah utara, menurut warga, sebagai benteng alam untuk kerajaan Lamajang,
Dalam perspektif kesejarahan Lumajang pernah memainkan peran yang penting dan strategis baik dalam era kerajaan kediri maupun era Majapahit. Sejak zaman kerajaan kediri lumajang telah berdiri sebagai sebuah kadipaten yang subur dan makmur yang menjadi daerah penyangga di wilayah timur, sebuah catatan prasasti mula malurung menegaskan keberadaan Lamajang alias Lumajang.
            Prasasti Mula Manurung ditemukan pertama kali pada tahun 1975 di Kediri. Prasasti ini berangka tahun 1977 Saka, mempunyai 12 lempengan tembaga . Pada lempengan VII halaman a baris 1 - 3 menyebutkan " Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang " yang artinya : Beliau Nararyya Sminingrat ( Wisnuwardhana ) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka, setelah diadakan penghitungan kalender kuno maka diperoleh tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.
Kerajaan Majapahit yang tumbuh kemudian pada tahun 1400 Masehi dibawah kepempinan Raden Wijaya sejatinya merupakan buah perjuangan beberapa pemimpin tanah jawa seperti ronggolawe (adipati tuban), arya wiraraja (adipati sumenep) termasuk juga Pangeran Nambi. Mereka dipersatukan oleh kesamaan cita-cita untuk membangun satu kerajaan besar, berdaulat, makmur dan jaya membawa nama harum nusantara hingga ke mancanegara.
Setelah Majapahit berdiri di puncak keemasannya justru intrik-intrik politik di lingkaran kekuasaan begitu besar sehingga lahirlah kemudian pemberontakan Ronggolawe, pemberontakan Sora dan pemberontakan Nambi. Pemberontakan Patih Nambi tergolong pemberontakan terbesar dan dikenal pula sebagai Pemberontakan Lamajang. Patih Nambi yang merupakan putra adipati Lumajang dituding melakukan makar lantaran memilih berdiam di Lumajang pasca wafatnya sang ayah Nararyya Kirana. Untuk menghadapi superioritas pasukan majapahit Nambi membuat benteng pertahanan (biting) dan mengerahkan prajurit-prajurit lumajang yang terbaik untuk mempertahankan kedaulatan Lumajang. Pada saat itu Lumajang menjadi ajang pertempuran dan banjir darah hingga Nambi turut gugur dalam peristiwa itu.

4.2.3. Situs Biting Saat Ini
Kabupaten Lumajang dinilai menjadi salah-satu wilayah yang memiliki peninggalan sejarah, khsuusnya di jaman keemasan Kerajaan Majapahit. Peninggalan benda purbakala ini tersebar di berbagai wilayah. Mulai dari Situs Benteng Biting, Benteng Pajarakan sampai di Goa Maling Aguna di wilayah Candipuro yang berada di kawsan selatan Lumajang yang dilengkapi pemandian putri yang merupakan kompleks kaputren.
Hanya saja, peninggalan purbakala ini banyak yang terbengkalai. Bahkan, benda peninggalan yang ditemukan, diantaranya berupa tembkar. Senjata, uang kepeng sampai fragmen keramik, juga banyak dijarah dan menjadi koleksi para kolektor. Inilah yang menjadi kegelisahan pemerhati sejarah dari Forum Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (FMPPM). Diantara sekian banyak peninggalan sejarah yang masuk cagar budaya dan benda purbakala itu, kebanyakan dari jaman Kerajaan Majapahit, dimana Lumajang merupakan kerajaan bagian timur dan Trowulan di bagian barat.
Hal ini dibuktikan, dengan keberadan Situs Biting yang sesua penelitian terdiri dari Keraton, Benteng, Kaputren dan sebagainya. Pentingnya keberadaan Museum di Kabupaten Lumajang ini, karena setiap benda purbakala yang pernah ditemukan bisa disimpan dan diinvestarisir dengan baik untuk diteliti lebih lanjut.
Dari penelitian yang dilakukan sejak tahun 1891 oleh peneliti belanda kemudian dilanjutkan oleh peneliti dari arkeologi UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta selama 11 tahap semuanya tidak bisa merangkai dan menginventarisir benda-benda peninggalan yang ada. Untuk itu, butuk kepedulian dan perhatian pemerintah. Jika Museum ini diwujudkan, tentunya semua pihak akan terketuk dan benda peninggalan yang ditemukan bisa dicegah agar jangan sampai jatuh ke tangan kolektor
.
Karena, Kabupaten Lumajang merupakan salah-satu wilayah yang memiliki banyak benda peninggalan sejarah. Museum itu. nantinya bisa digunakan untuk melestarikan benda peninggalan ini dan mengiventarisir temuan yang ada. Tujuannya, agar tidak lari ke tangan kolektor karena memang diakui banyak diburu untuk dikoleksi. Kalaupun saat ini banyak koleksi benda peninggalan di tangan kolektor, menjadi kewajiban kami dan siapapun yang perhatian dengan sejarah bangsa untuk melakukan pendekatan guna mengembalikannya ke museum. Meski, hal itu tidak mudah.
Dari hasil Investigasi di Lokasi Situs, disimpulkan bahwa telah terjadi pembiaran dan pengabaian yang dilakukan oleh Pemerintah maupun pemerintah daerah setempat sehingga menyebabkan kerusakan terhadap Situs Biting, yaitu kerusakan dikarenakan: a. ulah manusia, b. peristiwa alam. Tindakan ini telah berlangsung sudah cukup lama sampai dengan saat ini, tanpa ada langkah kongkrit dan antisipatif.
1. Kerusakan akibat ulah manusia
Dilakukan oleh Pemerintah/ Pemda setempat yang tidak memiliki visi, kesadaran, niat, dan komitmen terhadap kelestarian situs tersebut dengan memberikan ijin kepada pihak pengembang untuk membangun lahan perumahan. Pada bagian lain, pemerintah/pemda tidak kunjung menetapkan dan membuat regulasi terhadap situs Biting sebagai wilayah yang dilindungi;
dilakukan oleh pihak pengembang Perum Perumnas, beberapa contoh diantaranya adalah: Pada sisi bagian barat dijumpai jalan yang sudah diaspal beserta selokan membelah struktur benteng pada situs Biting. Peristiwa terbaru terjadi pada Januari 2011 adalah dimana masyarakat melakukan proses “penggalian” tanpa melalui prosedur yang benar  berdasarkan perintah dari pengembang. Kegiatan pembangunan perumahan di lokasi lahan situs tanpa didahului proses kajian, tidak melibatkan ahli konservasi situs, maupun tidak memiliki AMDAL. 
Kerusakan oleh warga karena tidak memiliki pemahaman terhadap situs BITING, misalnya warga menggunakan bagian atas benteng sebagai jalan setapak menuju lokasi persawahan, dan sisa-sisa bata banyak berserakan di sisi sungai. Di bagian selatan terdapat pengrusakan Pengungakan yang di belah jalan (dusun/ blok duren) dan batanya dijadikan gorong-gorong pada tahun 1980-an oleh warga berdasarkan perintah dari pemerintah termasuk Candi di blok Salak dirusak massa tahun 1980.

2.  Kerusakan akibat peristiwa alam misalnya adanya abrasi sungai yang menghantam dinding-dinding Benteng yang memang berada tepat di bibir sungai. Bahkan menurut cerita masyarakat bagian tengah sungai yang terlihat saat ini, dahulunya merupakan sisi terluar benteng. Didalam sungai dapat dijumpai banyak bata-bata pembentuk struktur benteng. Peninjauan secara khusus dilakukan pada sisi barat benteng.

MADYA melihat bahwa situasi yang terjadi saat ini di situs Biting adalah pada level yang mengkhawatirkan. Kerusakan terhadap situs terjadi secara legal, tersistematis, dan masif. Tindak pengrusakan yang lebih besar dan nyata di depan mata terhadap situs Biting adalah Pihak pengembang Perum Perumnas tetap bersikeras melanjutkan pembangunan sampai tuntas. Pada sisi lain sejak tahun 1996, Balar Yogyakarta telah memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Lumajang maupun BP3 Trowulan (Pada waktu itu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur) untuk menghentikan pembangunan perumahan di lahan situs dan menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan cagar budaya, namun peringatan ini tidak ditindaklanjuti oleh kedua institusi tersebut, bahkan dilupakan sampai saat sekarang ini terjadi pengembangan pembangunan perumahan. Proses pengabaian dan pembiaran terhadap rekomendasi ini merupakan tindakan melanggar hukum di bidang Pelestarian Cagar Budaya.

BAB V. SIMPULAN
Kesimpulan
Nama Lumajang berasal dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya. Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti Mula Malurung, Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.
Pada tahun 1300-an, Kerajaan Lamajang atau yang di dalam Babad Tanah Jawa sering disebut Majapahit Timur adalah suatu kerajaan besar. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Tiga Juru, yaitu Lamajang, Panarukan, Blambangan serta ditambah dengan daerah-daerah seperti Sumenep (Madura) dan Bali.
Di Lumajang juga terdapat sebuah peninggalan yang berupa situs, yaitu Situs Biting. Situs Biting adalah peninggalan peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.com/note.php?note_id=303915230246  
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lumajang
http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/01/lumajang-kota-sejarah-nusantara-yang-dikubur/ 
http://beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2011-04-07/97571/Situs_Biting_Diduga_Atlantis_yang_Hilang
http://clubbing.kapanlagi.com/showthread.php?t=93904 
http://www.jurnalbesuki.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9621&Itemid=47
http://www.beritalumajang.com/peristiwa/671-pemerintah-dinilai-lakukan-pembiaran-terhadap-peninggalan-sejarah-lumajang-.html 
http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/30/situs-biting-menguak-sejarah-antara-lumajang-sumenep-majapahit-dan-indonesia/

Komentar

Unknown mengatakan…
trimakasih banyak telah menulis tentang sejarah tumpah darah saya,saya sebagai orang yg di lahirkan di bumi nambi terasa sangat terharu dan tersanjung,trimakasih banyak anak muda.semoga tuhan memberikan kelancaran untuk semua usaha kamu anak muda.
Unknown mengatakan…
Coba kirim email anda ke saya nanti tak kirim Pejabat Lumajang sebelum menjadi kabupaten Lumajang

Postingan populer dari blog ini

SENI TARI REMO TRISNAWATI DI SITUBONDO

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.   Pendahuluan Kabupaten Situbondo adalah suatu kabupaten di Jawa Timur , Indonesia dengan pusat pemerintahan dan ibukota terletak di Kecamatan Situbondo . Kota ini terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa , dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung Baluran dan lokasi usaha perikanan. Dengan letaknya yang strategis, di tengah jalur transportasi darat Jawa Bali, kegiatan perekonomiannya tampak terjaga "hidup". Situbondo mempunyai pelabuhan Panarukan yang terkenal sebagai ujung timur dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di pulau Jawa yang dibangun oleh Daendels pada era kolonial Belanda. Selain di sektor ekonomi, Situbondo juga memiliki kebudayaan yang  sangat beragam, diantaranya adalah kesenian Ojhung yang berupa olahraga tradisional yang diadakan setiap tahun saat pelaksanaan selamatan Desa Bugeman tepatnya hari selasa akhir bulan Ramadhan (Hijriah). Kesenian lain diantaranya Parabenan, Trolingkung, Pojian, Topeng, Kom

PEMERINTAHAN DARURAT RI (PDRI)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.  Latar Belakang Menjelang akhir tahun 1945 keamanan kota Jakarta semakin memburuk. Tentara Belanda semakin merajalela dan aksi-aksi teror yang dilakukannya semakin meningkat. Pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada tanggal 30 Desember 1945 menambah gentingnya keadaan. Mengingat situasi keamanan yang semakin memburuk itu presiden dan wakil presiden pada tanggal 4 Januari 1946 pindah ke Jogjakarta dan kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pula pindah ke Jogjakarta. Pada awal bulan Agustus 1948 Muso dan Suripno kembali ke tanah air dari eropa. Mereka dapat mempengaruhi Amir Syarifuddin (bekas perdana menteri), yang akhirnya menggabungkan diri pada Partai Komunis Indonesia. PKI menuduh pemerintah Indonesia berpolitik “memihak” Belanda. Pada tanggal 22 Agustus 1948 Muso memimpin rapat umum yang memutuskan, bahwa perundingan Belanda harus dihentikan. Akhirnya pada tanggal 18 September 1948 PKI Muso melakukan perebutan kekuasaan, yang