BAB I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Kota Lumajang bisa
disebut sebagai kota tua di Jawa Timur selain Tuban. Sejarah Kota Lumajang
sudah dimulai sejak zaman nirloka, di mana ditemukan neolitikum (zaman
kebudayaan batu), yang berasal dari sekitar tahun 6000-2000 SM. Kabupaten Lumajang, adalah sebuah kabupaten
di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Ibukotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat.
Nama Lumajang berasal
dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data
prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada
beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya.Beberapa bukti
peninggalan yang ada antara lain Prasasti Mula Malurung, Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga
Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.
Karena Prasasti Mula
Manurung di nyatakan sebagai prasasti tertua dan pernah menyebut-nyebut
"Negara Lamajang" maka dianggap sebagai titik tolak pertimbangan hari
jadi Lumajang.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
Penyusun mencari sebagian besar
rujukan materi yang terkait dengan bahan kajian di internet dengan memanfaatkan
kecanggihan teknologi. Sebagian besar sumber di internet yang terkait dengan
Lumajang isinya sama, yaitu menyebutkan bahwa Nama Lumajang berasal dari "Lamajang"
yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno,
bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka
menetapkan hari jadinya.Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti
Mula Malurung, Naskah Negara
Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.
Sementara
itu sumber di internet yang terkait dengan Situs Biting kebanyakan menyebutkan
bahwa Situs Biting merupakan
kota raja Lamajang yang dibangun Arya
Wira Raja yang
dikeliling gunung
berapi, yakni Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro. Selain itu, kota raja
situs Biting dibanguan di antara 3 sungai. Terdiri dari Sungai Bondoyudo,
Sungai Winong, Sungai Ploso, dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs
Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang.
Dari
hasil diatas bisa ditarik sebuah hipotesis bahwa Nama Lumajang berasal dari "Lamajang"
yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno,
bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka
menetapkan hari jadinya.Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti
Mula Malurung, Naskah Negara
Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda dan Situs Biting merupakan kota raja Lamajang yang dibangun Arya Wira Raja yang dikeliling gunung berapi, yakni Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro.
Selain itu, kota raja situs Biting dibanguan di antara 3 sungai. Terdiri dari
Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Ploso, dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs
Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang
BAB III.
METODE
Metode yang digunakan dalam penyusunan
makalah ringkasan ini adalah metode sejarah. Pengertian metode sejarah menurut
Louis Gottschalk adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman
dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau
berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut
historiografi (penulisan sejarah).
Seperti halnya metode sejarah,
penulisan makalah ringkasan ini juga menggunakan empat langkah, yaitu
heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
Heuristik
Heuristik adalah suatu kegiatan
mencari, menghimpun jejak-jejak masa lampau. Dengan memanfaatkan teknologi yang
ada saat ini, penyusun mengoptimalkan pencarian sumber-sumber dari internet.
Sumber-sumber yang tersedia di internet sangat beragam, mulai dari buku-buku,
skripsi-skripsi, makalah-makalah, dan artikel-artikel yang terkait dengan
materi kajian.
Kritik
Kritik adalah menyelidiki apakah
jejak-jejak itu sejati/asli bentuk maupun isinya. Karena semua bahan-bahan
materi kajian banyak kesamaan dan saling berkesinambungan, maka atas dasar
itulah penyusun menyimpulkan bahwa semua sumber yang penyusun cantumkan dalam
daftar pustaka adalah sesuai dengan kenyataan yang beredar di masyarakat.
Interpretasi
Interpretasi adalah menetapkan makna
dan saling hubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. Penyusun cukup santai
dalam melakukan interpretasi, karena sumber-sumber yang terkait dengan bahan
kajian banyak yang memiliki kesamaan dan saling berkesinambungan.
Historiografi
Historiografi adalah menyampaikan
sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah. Makalah ringkasan tentang
sejarah Lumajang ini sudah melalui tiga tahap diatas, yaitu heuristik, kritik,
dan interpretasi. Dalam historiografinya, penyusun tidak menemui kendala
berarti, karena sumber-sumber yang terkait dengan bahan kajian banyak kesamaan.
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Lumajang
Lumajang adalah kabupaten di Jawa Timur yang berada di
kaki Gunung Tertinggi pulau Jawa yakni Mahameru atau Semeru. Namun,
banyak orang tidak tahu dimana letak Kabupaten Lumajang, maklum kota-nya tidak
berada di jalan Propinsi, orang lebih tahu Kota Jember, .
Jadi tidak salah bila penumpang bus dari
luar kota tidak mengetahui Lumajang yang memiliki peradaban sejarah yang cukup
besar dijaman kerajaan Tumapel, Singosari dan Wilwatikta (Mojopahit).
Lumajang banyak disebut daerah kantong dikarenakan jarang dimasuki oleh
orang dari luar kota.
Lumajang di zaman pra sejarah dikenal
dengan sebutan Nagara Lamajang bisa dilihat dalam Prasasti Mulan Malurung yang
dibuat oleh Raja Singosari (Tumapel), Sminingrat atau Wisnuwardhana,
ditemukan di kediri padan tahun 1975 dan dalam prasasti itu bertuliskan
angka tahun 1177 ( 1255 Masehi). Di prasasti itu disebutkan Sminingrat mengutus
anaknya Narariya Kirana sebagai juru pelindung Nagara Lamajang.
Pada masa Kerajaan Singosari (Tumapel),
Lamajang begitu penting karena ada 2 fungsi. Pertama sebagai penghasil
pertanian yang makmur. Kedua sebagai pusar pertahanan dalam menghadapi wilayah
timur Kerajaan. Lamajang menjadi terkenal dan maju setelah Arya wiraraja
adalah tokoh besar yang lahir dari keturunan Brahmana dari Pulau bali Ida Manik
Angkeran datang ke jawa untuk menjengguk kakeknya. Karena sang kakek meninggal,
Arya Wiraraja yang memiliki Nama Ida Banyak Wide diangkat menjadi anak Mpu
Sedah.
Saat diasuh Empu Sedah yang menjadi
penasehat Raja Airlangga, Arya Wiraraja mengenal sesosok gadis anak bangsawan
kerajaan Kediri yakni Ageng Pinatih. Dikarenakan Wiraraja sangatmencintai sang
gadis, orang tua angkatnya tidak bisa menolak, meski dia adalah keturunan
Brahmana. Setelah menikah dengan Ageng Pinatih, Wiraraja menjadi adipati di
Kerajaan Kediri. Arya Wiraraja adalah punggawa kerajaan kediri yang kritis
dalam membangun Kerajaan Kediri.
Namun, karir jabatan sebagai adipati yang
berpengaruh di Kediri harus berakhir, saat Kediri (Tumapel) dipimpin oleh
Kertanegara. Arya wiraraja diminta untuk memimpin Kerajaan Madura yang
beribukota di Sogenep, sekarang menjadi Sumenep. Pada 1295 masehi Lamajang
menjadi Kerajaan yang berdaulat (tanah pardikan) dengan Prabu Arya Wiraraja
sebagai rajanya. Arya Wiraraja menjadi raja Mojopahit Timur dengan ibu kota di
Lamajang dikarenakan sesuai perjanjian dengan raden Wijaya, Raja Wilwatikta
(Majapahit Barat) akan membagi wilayah Majapahit menjadi dua.
Wiraraja menjadi Raja di Lamajang setelah
anaknya Ranggalawe tewas dibunuh oleh pungawa majapahit yang dipimpin Adipati
Nambi, dikarenakan melawan Wilwatikta. Wiraraja yang sedih dan Raden wijaya
menyerahkan bagian timur kerjaan Singosari sesuai dengan janjinya. Beliau
memerintah wilayah Tiga Juru (Lamajang, Panarukan dan Blambangan atau wilayah
tapal kuda sekarang) ditambah Madura dan banyak menanamkan pengaruh di Bali.
Kerajaan Lamajang ini ber- ibuk kota di daerah Biting Kutorenon Kabupaten
Lumajang hingga sekarang. Bahkan peninggalan benteng kota raja Lamajang masih
bisa dijumpai dan tertimbun tanah (gundukan tanah).
Arya wiraraja adalah tokoh besar yang lahir
dari keturunan Brahmana dari Pulau bali Ida Manik Angkeran datang ke jawa untuk
menjengguk kakeknya. Karena sang kakek meninggal, Arya Wiraraja yang memiliki
Nama Ida Banyak Wide diangkat menjadi anak Mpu Sedah. Saat diasuh Empu Sedah
yang menjadi penasehat raja Airlangga, Arya Wiraraja mengenal sesosok gadis
anak bangsawan kerajaan Kediri yakni Ageng Pinatih. Dikarenakan Wiraraja
sangatmencintai sang gadis, orang tua angkatnya tidak bisa menolak, meski dia
adalah keturunan Brahmana.
Setelah menikah dengan Ageng Pinatih,
Wiraraja menjadi adipati di Kerajaan Kediri. Arya Wiraraja adalah punggawa
kerajaan kediri yang kritis dalam membangun Kerajaan Kediri. Namun, karir
jabatan sebagai adipati yang berpengaruh di Kediri harus berakhir, saat
Kediri (Tumapel) dipimpin oleh Kertanegara. Arya wiraraja diminta untuk
memimpin Kerajaan Madura yang beribukota di Sogenep, sekarang menjadi Sumenep.
Arya Wiraraja meninggal pada tahun 1316
masehi dalam usia 87 tahun. Patih Nambi sebagai salah satu putra beliau pulang
ke Lamajang untuk mengadakan upacara dukacita ayahnya dan diserang majapahit
dengan mendadak oleh Jayanegara (Raja Majapahit setelah Raden Wijaya) atas
hasutan dari Mahapatih(dalam kitab Pararton). Lamajang jatuh karena tidak ada
persiapan perang. Fitnah ini membawa bencana. Tujuh menteri utama Majapahit
yang juga teman-temn seperjuangan Raden Wijaya yang tidak puas pada keputusan
memalukan ini ikut gugur di Lamajang membela patih Nambi.
Perang Lamajang tahun 1316 m ini juga
mempengaruhi peperangan yang lain di wilayah bekas Kerajaan ini seperti Perang
Lasem yang dipimpin teman seperjuangan radeng Wijaya yaitu Ra Semi (1318 m),
perang Kuti yang akhirnya membuat raja melarikan diri ke luar kota Majapahit
dan diselamatkan Bekel Gajah Mada (1319 m), Perang sadeng (1328 m) dan perang
Keta (1328). Setelah Majapahit besar Lamajang yang sudah berganti menjadi
Virabhumi sekali lagi meberontak dan menimbulkan Perang Paregreg yang akhirnya
melemahkan Majapahit.
Kebesaran dan kekuatan ideologi kerajaan
Lamajang ini bertahan sampai tahun 162o-an dimana Lamajang sebagai pusat pusat
pertahan terakhir Kerajaan Hindu di Jawa bagian timur. Kerajaan Mataram yang
jaya dan menyebarkan ideologi keyakinin, Lamajang di hancurkan oleh Sultan
Agung dan Ibu kota Lamajang di daerah Biting dibakar, munculnya Kutorenon (Ketonon
alias terbakar atau dibakar).
Pada masa pemerintahan Kolonial, belanda
yang sudah tahu akan kebesaran sejarah Lamajang tidak mau membuka daerah
memiliki pengaruh dalam kebesaran nusantara. Lamajang ditaruh dibawah
pemrintahan Afdelling Probolingga dan pada tahun 1929 diresmikan nama baru
menjadi Kabupaten Lumajang dan KRT Kertao Adirejo sebagai regent pertama.
Sejarah kebesaran Nagara Lamajang (Lumajang)
merupakan Kerajaan Merdeka yang belum pernah ditulis dan dihilangan dalam buku
sejarah mengenai perjuangan tokoh Arya Wiraraja sebagai arseitek
Nusantara. Lumajang juga mengalami kemunduran dan ketidak majuan hingga
saat ini, bahkan sejarah Lumajang seakan-akan ditutup hingga masyarakatnya
sendiri tidak mengetahui.
Beruntung Kotaraja Lamajang di Situs Biting
Dusun Biting I dan II Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono masih bisa ditemui dan
menjadi tonggak kembalinya semangat Lamajangan. Namun, Situs Biting yang berada
di luas lahan 135 hektar dengan ditemukan bangunan benteng sepanjang 10
kilometer, lebar 6 meter dan tinggi 10 meter dibiarkan terkubur dan seakan-akan
ditutup-tutupi oleh pemilik kebijakan. Bahkan di Situs biting ada
pengembang perumahan yang bisa mengancam kerusakan Situs Kota Raja Lamajang
yang meredeka dimasa-nya.
Beruntung ada sekolompok Masyarakat Peduli
Peninggalan Mojopahit (MPPM) Timur yang bergerak bersama Komunitas Mahasiswa
Peduli Lumajang (KMPL), Kelompok Pecinta Mojopahit Timur (Kopi Pahit) bersama
Masyarakat Dusun Biting menguak sejarah yang dikubur dan dilupakan.
4.2.
Situs Biting
4.2.1.
Arya Wira Raja
Pada tahun 1300-an,
Kerajaan Lamajang atau yang di dalam Babad Tanah Jawa sering disebut Majapahit
Timur adalah suatu kerajaan besar. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Tiga
Juru, yaitu Lamajang, Panarukan, Blambangan serta ditambah dengan daerah-daerah
seperti Sumenep (Madura) dan Bali.
Kerajaan Lamajang
didirikan oleh seorang tokoh pengatur siasat yang mumpuni dan menjadi arsitek
utama Kerajaan Majapahit, yaitu Arya Wiraraja. Arya Wiraraja adalah seorang
negarawan dan tokoh politik internasional yang sebelumnya adalah seorang
Adipati Sumenep. Ia sangat pandai berdiplomasi dengan sejumlah pedagang dan
pejabat kerajaan luar negeri di zamannya. Wiraraja adalah keturunan Raja
Airlangga dan Singosari yang kemudian memimpin Kerajaan Majapahit Timur
(Lamajang) karena berhasil membantu Raden Wijaya memberontak pada Jayakatwang
Raja Singosari.
Kebesaran Lamajang saat
itu dikenal bukan saja karena luasnya daerah kekuasaan, tetapi juga karena
disana merupakan basis pemerintahan tokoh-tokoh yang disegani. Wiraraja
memiliki putra bernama Adipati Nambi. Nambi inilah yang sebenarnya teman
seperjuangan Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Berkat
campur tangan dan pemikiran Wiraraja dan Nambi, Kerajaan Majapahit ini dapat berdiri
dan menguasai nusantara hingga separuh dunia.
Juru Kunci Makam Ki
Joyoboyo menuturkan, Arya Wiraraja memilih Kerajaan Lamajang untuk dipimpinnya
karena negeri ini makmur dan damai. “Jika Kerajaan Lamajang dipadankan dengan
Kerajaan Majapahit yang ada di Mojokerto, Kerajaan Lamajang jauh lebih
besar.”
Akhirnya, terjadilah
perang besar yang kita kenal dengan Perang Paregreg. Nambi bersama pengikutnya
terus berperang dengan seluruh kekuatan untuk menjaga dan mempertahankan tanah
kelahirannya. Sayang, karena kalah pasukan dan persenjataan, Nambi kalah dan
tewas. Akibat perang itu, Lamajang mulai tenggelam dan menjadi bawahan
Majapahit.
Pasca peperangan,
Benteng Kota Raja Lamajang hancur. “Meski hancur, sisa bangunan kerajaan masih
ada, yaitu Situs Biting,” ungkap Juru Kunci Makam Ki Joyoboyo.
4.2.2.
Sejarah Situs Biting
Situs Biting adalah
peninggalan peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting,
Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita
dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan
ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km.
Disamping tembok benteng
Kota Raja, di situs ini dijumpai adanya menara pengawas dan juga makam
petilasan Minak Koncar. Minak Koncar dahulu adalah seorang Adipati yang menjadi
tokoh legenda di Lamajang.
Lokasi Situs
Biting mencapai 135 hektar. Lokasi ini banyak menyimpan potensi benda-benda
bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam sejumlah penggalian, pernah
ditemukan ujung keris serta manik-manik. Bahkan pernah ditemukan kepingan uang
emas.
Situs Biting
merupakan kota raja Lamajang yang dibangun Arya Wira Raja yang dikeliling gunung berapi, yakni Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro.
Selain itu, kota raja situs Biting dibanguan di antara 3 sungai. Terdiri dari
Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Ploso, dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs
Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang.
Kerajaan
Lamajang yang yang dikeliling Gunung Berapi, seperti cincin memusat. Sedangkan
jalur transportasi menggunakan jalur sungai yang menuju ke Pantai Selatan
melalui sungai Bondoyudo. Selain dari berbagai informasi masyarakat, banyak benteng luar dibentuk
dari susunan bata dan bukit sebelah utara situs Biting. Bukit-bukit di sebelah utara, menurut warga,
sebagai benteng alam untuk kerajaan Lamajang,
Dalam
perspektif kesejarahan Lumajang pernah memainkan peran yang penting dan
strategis baik dalam era kerajaan kediri maupun era Majapahit. Sejak zaman kerajaan
kediri lumajang telah berdiri sebagai sebuah kadipaten yang subur dan makmur
yang menjadi daerah penyangga di wilayah timur, sebuah catatan prasasti mula
malurung menegaskan keberadaan Lamajang alias Lumajang.
Prasasti Mula Manurung ditemukan pertama kali pada tahun 1975 di Kediri. Prasasti ini berangka tahun 1977 Saka, mempunyai 12 lempengan tembaga . Pada lempengan VII halaman a baris 1 - 3 menyebutkan " Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang " yang artinya : Beliau Nararyya Sminingrat ( Wisnuwardhana ) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka, setelah diadakan penghitungan kalender kuno maka diperoleh tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.
Prasasti Mula Manurung ditemukan pertama kali pada tahun 1975 di Kediri. Prasasti ini berangka tahun 1977 Saka, mempunyai 12 lempengan tembaga . Pada lempengan VII halaman a baris 1 - 3 menyebutkan " Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang " yang artinya : Beliau Nararyya Sminingrat ( Wisnuwardhana ) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka, setelah diadakan penghitungan kalender kuno maka diperoleh tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.
Kerajaan
Majapahit yang tumbuh kemudian pada tahun 1400 Masehi dibawah kepempinan Raden
Wijaya sejatinya merupakan buah perjuangan beberapa pemimpin tanah jawa seperti
ronggolawe (adipati tuban), arya wiraraja (adipati sumenep) termasuk juga
Pangeran Nambi. Mereka dipersatukan oleh kesamaan cita-cita untuk membangun
satu kerajaan besar, berdaulat, makmur dan jaya membawa nama harum nusantara
hingga ke mancanegara.
Setelah
Majapahit berdiri di puncak keemasannya justru intrik-intrik politik di
lingkaran kekuasaan begitu besar sehingga lahirlah kemudian pemberontakan
Ronggolawe, pemberontakan Sora dan pemberontakan Nambi. Pemberontakan Patih
Nambi tergolong pemberontakan terbesar dan dikenal pula sebagai Pemberontakan
Lamajang. Patih Nambi yang merupakan putra adipati Lumajang dituding melakukan
makar lantaran memilih berdiam di Lumajang pasca wafatnya sang ayah Nararyya
Kirana. Untuk menghadapi superioritas pasukan majapahit Nambi membuat benteng
pertahanan (biting) dan mengerahkan prajurit-prajurit lumajang yang terbaik
untuk mempertahankan kedaulatan Lumajang. Pada saat itu Lumajang menjadi ajang
pertempuran dan banjir darah hingga Nambi turut gugur dalam peristiwa itu.
4.2.3. Situs Biting Saat Ini
Kabupaten Lumajang
dinilai menjadi salah-satu wilayah yang memiliki peninggalan sejarah, khsuusnya
di jaman keemasan Kerajaan Majapahit. Peninggalan benda purbakala ini tersebar
di berbagai wilayah. Mulai dari Situs Benteng Biting, Benteng Pajarakan sampai
di Goa Maling Aguna di wilayah Candipuro yang berada di kawsan selatan Lumajang
yang dilengkapi pemandian putri yang merupakan kompleks kaputren.
Hanya saja, peninggalan
purbakala ini banyak yang terbengkalai. Bahkan, benda peninggalan yang
ditemukan, diantaranya berupa tembkar. Senjata, uang kepeng sampai fragmen
keramik, juga banyak dijarah dan menjadi koleksi para kolektor. Inilah yang
menjadi kegelisahan pemerhati sejarah dari Forum Masyarakat Peduli Peninggalan
Majapahit (FMPPM). Diantara sekian banyak peninggalan sejarah yang masuk cagar budaya dan benda purbakala itu,
kebanyakan dari jaman Kerajaan Majapahit, dimana Lumajang merupakan kerajaan
bagian timur dan Trowulan di bagian barat.
Hal ini dibuktikan,
dengan keberadan Situs Biting yang sesua penelitian terdiri dari Keraton,
Benteng, Kaputren dan sebagainya. Pentingnya keberadaan Museum di Kabupaten
Lumajang ini, karena setiap benda purbakala yang pernah ditemukan bisa disimpan
dan diinvestarisir dengan baik untuk diteliti lebih lanjut.
Dari penelitian yang dilakukan sejak tahun 1891 oleh peneliti belanda kemudian dilanjutkan oleh peneliti dari arkeologi UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta selama 11 tahap semuanya tidak bisa merangkai dan menginventarisir benda-benda peninggalan yang ada. Untuk itu, butuk kepedulian dan perhatian pemerintah. Jika Museum ini diwujudkan, tentunya semua pihak akan terketuk dan benda peninggalan yang ditemukan bisa dicegah agar jangan sampai jatuh ke tangan kolektor.
Dari penelitian yang dilakukan sejak tahun 1891 oleh peneliti belanda kemudian dilanjutkan oleh peneliti dari arkeologi UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta selama 11 tahap semuanya tidak bisa merangkai dan menginventarisir benda-benda peninggalan yang ada. Untuk itu, butuk kepedulian dan perhatian pemerintah. Jika Museum ini diwujudkan, tentunya semua pihak akan terketuk dan benda peninggalan yang ditemukan bisa dicegah agar jangan sampai jatuh ke tangan kolektor.
Karena, Kabupaten
Lumajang merupakan salah-satu wilayah yang memiliki banyak benda peninggalan
sejarah. Museum itu. nantinya bisa digunakan untuk melestarikan benda
peninggalan ini dan mengiventarisir temuan yang ada. Tujuannya, agar tidak lari
ke tangan kolektor karena memang diakui banyak diburu untuk dikoleksi. Kalaupun
saat ini banyak koleksi benda peninggalan di tangan kolektor, menjadi kewajiban
kami dan siapapun yang perhatian dengan sejarah bangsa untuk melakukan pendekatan
guna mengembalikannya ke museum. Meski, hal itu tidak mudah.
Dari hasil Investigasi
di Lokasi Situs, disimpulkan bahwa telah terjadi pembiaran dan pengabaian yang dilakukan oleh Pemerintah maupun
pemerintah daerah setempat sehingga menyebabkan kerusakan terhadap Situs
Biting, yaitu kerusakan dikarenakan: a.
ulah manusia, b. peristiwa alam. Tindakan ini telah berlangsung sudah
cukup lama sampai dengan saat ini, tanpa ada langkah kongkrit dan antisipatif.
1. Kerusakan akibat ulah manusia
Dilakukan oleh Pemerintah/ Pemda setempat yang tidak memiliki visi, kesadaran, niat, dan komitmen terhadap kelestarian situs tersebut dengan memberikan ijin kepada pihak pengembang untuk membangun lahan perumahan. Pada bagian lain, pemerintah/pemda tidak kunjung menetapkan dan membuat regulasi terhadap situs Biting sebagai wilayah yang dilindungi;
dilakukan oleh pihak pengembang Perum Perumnas, beberapa contoh diantaranya adalah: Pada sisi bagian barat dijumpai jalan yang sudah diaspal beserta selokan membelah struktur benteng pada situs Biting. Peristiwa terbaru terjadi pada Januari 2011 adalah dimana masyarakat melakukan proses “penggalian” tanpa melalui prosedur yang benar berdasarkan perintah dari pengembang. Kegiatan pembangunan perumahan di lokasi lahan situs tanpa didahului proses kajian, tidak melibatkan ahli konservasi situs, maupun tidak memiliki AMDAL.
Kerusakan oleh warga karena tidak memiliki pemahaman terhadap situs BITING, misalnya warga menggunakan bagian atas benteng sebagai jalan setapak menuju lokasi persawahan, dan sisa-sisa bata banyak berserakan di sisi sungai. Di bagian selatan terdapat pengrusakan Pengungakan yang di belah jalan (dusun/ blok duren) dan batanya dijadikan gorong-gorong pada tahun 1980-an oleh warga berdasarkan perintah dari pemerintah termasuk Candi di blok Salak dirusak massa tahun 1980.
2. Kerusakan akibat peristiwa alam misalnya adanya abrasi sungai yang menghantam dinding-dinding Benteng yang memang berada tepat di bibir sungai. Bahkan menurut cerita masyarakat bagian tengah sungai yang terlihat saat ini, dahulunya merupakan sisi terluar benteng. Didalam sungai dapat dijumpai banyak bata-bata pembentuk struktur benteng. Peninjauan secara khusus dilakukan pada sisi barat benteng.
Dilakukan oleh Pemerintah/ Pemda setempat yang tidak memiliki visi, kesadaran, niat, dan komitmen terhadap kelestarian situs tersebut dengan memberikan ijin kepada pihak pengembang untuk membangun lahan perumahan. Pada bagian lain, pemerintah/pemda tidak kunjung menetapkan dan membuat regulasi terhadap situs Biting sebagai wilayah yang dilindungi;
dilakukan oleh pihak pengembang Perum Perumnas, beberapa contoh diantaranya adalah: Pada sisi bagian barat dijumpai jalan yang sudah diaspal beserta selokan membelah struktur benteng pada situs Biting. Peristiwa terbaru terjadi pada Januari 2011 adalah dimana masyarakat melakukan proses “penggalian” tanpa melalui prosedur yang benar berdasarkan perintah dari pengembang. Kegiatan pembangunan perumahan di lokasi lahan situs tanpa didahului proses kajian, tidak melibatkan ahli konservasi situs, maupun tidak memiliki AMDAL.
Kerusakan oleh warga karena tidak memiliki pemahaman terhadap situs BITING, misalnya warga menggunakan bagian atas benteng sebagai jalan setapak menuju lokasi persawahan, dan sisa-sisa bata banyak berserakan di sisi sungai. Di bagian selatan terdapat pengrusakan Pengungakan yang di belah jalan (dusun/ blok duren) dan batanya dijadikan gorong-gorong pada tahun 1980-an oleh warga berdasarkan perintah dari pemerintah termasuk Candi di blok Salak dirusak massa tahun 1980.
2. Kerusakan akibat peristiwa alam misalnya adanya abrasi sungai yang menghantam dinding-dinding Benteng yang memang berada tepat di bibir sungai. Bahkan menurut cerita masyarakat bagian tengah sungai yang terlihat saat ini, dahulunya merupakan sisi terluar benteng. Didalam sungai dapat dijumpai banyak bata-bata pembentuk struktur benteng. Peninjauan secara khusus dilakukan pada sisi barat benteng.
MADYA melihat bahwa situasi yang terjadi saat ini di situs Biting adalah pada level yang mengkhawatirkan. Kerusakan terhadap situs terjadi secara legal, tersistematis, dan masif. Tindak pengrusakan yang lebih besar dan nyata di depan mata terhadap situs Biting adalah Pihak pengembang Perum Perumnas tetap bersikeras melanjutkan pembangunan sampai tuntas. Pada sisi lain sejak tahun 1996, Balar Yogyakarta telah memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Lumajang maupun BP3 Trowulan (Pada waktu itu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur) untuk menghentikan pembangunan perumahan di lahan situs dan menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan cagar budaya, namun peringatan ini tidak ditindaklanjuti oleh kedua institusi tersebut, bahkan dilupakan sampai saat sekarang ini terjadi pengembangan pembangunan perumahan. Proses pengabaian dan pembiaran terhadap rekomendasi ini merupakan tindakan melanggar hukum di bidang Pelestarian Cagar Budaya.
BAB V.
SIMPULAN
Kesimpulan
Nama
Lumajang berasal dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran
sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil
kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya. Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti Mula Malurung, Naskah
Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab
Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.
Pada tahun
1300-an, Kerajaan Lamajang atau yang di dalam Babad Tanah Jawa sering disebut
Majapahit Timur adalah suatu kerajaan besar. Wilayah kekuasaannya meliputi
daerah Tiga Juru, yaitu Lamajang, Panarukan, Blambangan serta ditambah dengan
daerah-daerah seperti Sumenep (Madura) dan Bali.
Di Lumajang
juga terdapat sebuah peninggalan yang berupa situs, yaitu Situs Biting. Situs Biting adalah peninggalan
peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting, Desa
Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita
dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan
ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.facebook.com/note.php?note_id=303915230246
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lumajang
http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/01/lumajang-kota-sejarah-nusantara-yang-dikubur/
http://beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2011-04-07/97571/Situs_Biting_Diduga_Atlantis_yang_Hilang
http://clubbing.kapanlagi.com/showthread.php?t=93904
http://www.jurnalbesuki.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9621&Itemid=47
http://www.beritalumajang.com/peristiwa/671-pemerintah-dinilai-lakukan-pembiaran-terhadap-peninggalan-sejarah-lumajang-.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lumajang
http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/01/lumajang-kota-sejarah-nusantara-yang-dikubur/
http://beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2011-04-07/97571/Situs_Biting_Diduga_Atlantis_yang_Hilang
http://clubbing.kapanlagi.com/showthread.php?t=93904
http://www.jurnalbesuki.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9621&Itemid=47
http://www.beritalumajang.com/peristiwa/671-pemerintah-dinilai-lakukan-pembiaran-terhadap-peninggalan-sejarah-lumajang-.html
http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/30/situs-biting-menguak-sejarah-antara-lumajang-sumenep-majapahit-dan-indonesia/
Komentar